Data yang pernah dipublikasikan Circular Online yang berbasis di Inggris menyebutkan, setiap tahunnya sebanyak 23 miliar pasang sepatu diproduksi di seluruh dunia. Sebanyak 22 miliar di antaranya berakhir di tempat pembuangan sampah dan menjadi limbah setiap tahunnya. Hal itu memicu polusi lingkungan dari limbah yang tak termanfaatkan atau tak terolah. Sejauh ini, produksi dan pembuangan sepatu bekas memberikan kontribusi terhadap polusi lingkungan, karena limbah sepatu juga dapat mempengaruhi kualitas udara dan air, karena mengandung zat beracun yang merugikan.
Untuk menanggulangi masalah ini, PT Surya Bumi Retailindo, perusahaan pemegang lisensi Saucony Indonesia menggerakkan program trade in sepatu bekas. Program bertajuk Tra in Shoes ini diselenggarakan untuk menggugah kesadaran bersama masyarakat pada upaya menjaga lingkungan dari pencemaran. "Kita sudah lakukan sejak toko pertama kita Surabaya. Box ini berpindah pindah," ujar Andrew Cassidy, CPO of PT Surya Bumi Retailindo di sela peresmian toko terbaru di Pondok Indah Mal 2, Jakarta, akhir pekan lalu. Dia mengatakan, di program ini perusahaanya menyelenggarakan kampanye Masa Depan Berkelanjutan. "Sepatu sepatu ini selanjutnya akan kita sumbangkan. Kita sedang berdiskusi dengan beberapa yayasan untuk penerima sumbangan sepatu ini. Kita mau benar benar sampai ke orang yang tepat," kata Andrew Cassidy.
Cegah Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah, Industri Sepatu Jalankan Kampanye Ini di Indonesia PBB Ingatkan Bencana Lingkungan Akibat Limbah Elektronik Cegah Pencemaran Lingkungan, Kolaborasi Ini Kumpulkan 305 Juta Botol Plastik di 27 Negara
Aliran Sungai Cileungsi Kerap Tercemar Limbah Industri, Sparing jadi Solusi Minimalisir Pencemaran Pemanfaatan Teknologi dan Inovasi Primatek Atasi Limbah Cair di Industri Tekstil Indonesia Hadapi Era Industri 4.0, PPRE Jalankan Strategi Ini Dalam Mengatasi Tantangan
Ciptakan Lingkungan Industri Hijau, Huabao Indonesia Tanam 100 Pohon di PLTU Tondo Morowali Lemtaki Investigasi Dugaan Pencemaran Udara dan Lingkungan Dilakukan Pabrik di Serang Program ini dinilai tepat karena lahraga lari tengah naik daun di Indonesia.
"Gerakan ini muncul karena keresahan kami tentang banyaknya limbah sepatu seiring dengan perkembangan industri running di Indonesia dan dunia. Popularitas lari makin meningkat sejak pandemi Covid 19. Para pelari datang dari berbagai kalangan. Hal ini bisa dilihat di berbagai event lomba lari maupun Car Free Day," bebernya. Meski terbilang lari merupakan olahraga yang murah, namun peminatnya tetap harus mengeluarkan biaya untuk membeli sepatu lari yang kini harganya berkisar di atas Rp 500 ribu. "Bagi sebagian orang akan memberatkan," ujar Andrew. Andrew menambahkan, sepatu yang bisa didonasikan di program ini harus layak pakai dan akan berlangsung di sampai akhir Januari 2024.